Selasa, 21 April 2009

Kabar dari Calon Legislatif Kita!

Lakon Caleg Terguncang

Tempo 19 April 2009

Mereka mengalami gangguan jiwa, dari ringan, menengah, hingga berat, bahkan ada yang bunuh diri. Banyak pula yang menarik kembali sumbangan yang telah diberikan kepada masyarakat.

Selasa pagi lalu, ketika matahari naik sepenggalah, warga Desa Bangunjaya, Langkaplancar, Ciamis, Jawa Barat, gempar. Sesosok mayat perempuan muda ditemukan tergantung di sebuah gubuk di tengah sawah. Kain kerudung menjerat leher perempuan yang tengah hamil empat bulan itu.

Belakangan, diketahui bahwa perempuan berusia 23 tahun itu adalah Sri Hayati, calon legislator dari Partai Kebangkitan Bangsa untuk Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Banjar, Jawa Barat, bernomor urut 8. Namun, Sri tak banyak memperoleh suara. Berdasarkan penghitungan suara sementara, di daerah pemilihannya dia hanya memperoleh 10 suara.

Sri samak hati. Kenyataan pahit itu membuat Sri berubah menjadi pendiam dan kerap meminta maaf kepada sejumlah orang meski tak ada persoalan di antara mereka. Pada Senin pagi lalu, dia pergi dari rumahnya, tanpa menyebutkan tujuannya. Keesokan harinya, dia ditemukan tewas bunuh diri.

Sri merupakan salah satu potret tragis calon legislator yang terguncang jiwanya lantaran gagal menjadi anggota Dewan. Pascapemilu, yang digelar pada 9 April lalu, puluhan caleg mengalami guncangan jiwa, dari yang ringan hingga berat. Di Cirebon, Jawa Barat, misalnya, 15 caleg depresi dan memilih melakukan terapi spiritual untuk penyembuhan kepada Ustad Ujang Bustomi di Desa Sinarancang, Mundu, Cirebon.

Balai Kesehatan Jiwa Masyarakat, Kalawa Atei, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, pascapemungutan suara menerima lima pasien gangguan jiwa. Mereka dua caleg dan tiga simpatisan partai politik peserta pemilu. Bahkan satu di antaranya datang sudah dalam keadaan gila.

Sementara itu, di Bogor, Jawa Barat, Rumah Sakit Jiwa Marzuki Mahdi, empat hari setelah hari pemungutan suara, menerima 20 caleg yang melakukan konsultasi kejiwaan. "Sebatas konsultasi saja," kata Farid Patuti, Kepala Biro Hukum dan Humas Rumah Sakit Jiwa Jiwa Marzuki Mahdi. Sebetulnya, Farid menambahkan, di Bogor ada dua caleg yang langsung harus dirawat karena mengalami gangguan jiwa. Tapi Farid merahasiakan nama dan tempat mereka dirawat.

Masih banyak caleg yang jiwanya terguncang dan berperilaku "aneh" pascapemilu (baca "Ketika Mereka Tersisih"). Dan sebetulnya fenomena banyaknya caleg yang mengalami gangguan jiwa itu sudah diperkirakan para ahli kejiwaan jauh sebelum pemilu digelar. Bahkan hasil sebuah penelitian yang dilakukan ahli kejiwaan pada tahun lalu menyebutkan para caleg yang maju pertarungan pemilu berpotensi terganggu jiwanya. Itu pulalah yang kemudian mendorong sejumlah rumah sakit jiwa ramai-ramai menyiapkan bangsal VIP, mengantisipasi para caleg stres (Koran Tempo, edisi Minggu, 5 April 2009; "Siaga Satu Pascapemilu").

Konsultan psikoterapi Limas Sutanto menyatakan pesta demokrasi lima tahunan itu kini pada kenyataannya justru mengancam kesehatan jiwa warga. "Sistem Pemilu 2009 tak hanya mahal dari perspektif keuangan, tapi juga dari sisi kejiwaan," kata Limas kepada Tempo di Malang, Jawa Timur, Rabu lalu.

Limas menilai sistem seleksi caleg juga kurang ketat, sehingga jumlah caleg yang bersaing tak sepadan dengan kursi yang diperebutkan. Sebanyak 11.215 calon legislator berebut 560 kursi di DPR RI. Dan 1.109 orang bersaing memperebutkan 132 kursi Dewan Perwakilan Daerah. Lalu, 112 ribu orang berebut kursi DPRD provinsi dan 11,5 juta orang bersaing untuk mendapatkan 15.750 kursi DPRD kabupaten/kota.

Sistem suara terbanyak, tutur Limas, secara tak sadar memicu para caleg bertindak irasional dan menghalalkan segala cara. Tak sesuai dengan kemampuan, baik psikologi maupun materi.

Lalu dari sisi keuangan, Limas menambahkan, sistem pemilu mengharuskan seorang caleg mengeluarkan uang yang besar. Mulai pendaftaran nomor urut, pembuatan alat peraga, hingga kebutuhan dalam masa kampanye. Tak jarang para calon legislator menggunakan pelbagai macam cara demi tercapainya tujuan: menjadi anggota Dewan.

Akibatnya, tutur Limas, para caleg kerap melakukan perbuatan tak realistis. Tak sesuai dengan kemampuan. Duit yang dikeluarkan bukan hanya dari kantong pribadi, melainkan juga dari utang kiri-kanan. Lalu utang pun bertumpuk. "Ketika gagal, tentu akan menjadi beban pikiran bagi caleg," ujar Limas. "Ini berpotensi meningkatkan gangguan kejiwaan pada seseorang."

Limas menyatakan tes kejiwaan saat mendaftar sebagai calon legislator tak bisa dijadikan tolok ukur. Seharusnya tes tak hanya dilakukan saat itu, tapi mencakup juga rekam jejak caleg, baik kesehatan fisik maupun kejiwaan. Memang seleksi yang ketat hanya akan menghasilkan sedikit caleg bermutu. "Namun, tidak mengancam atau mengorbankan kejiwaan rakyat," Wakil Presiden Asia-Pacific Association of Psychotherapists ini menjelaskan.

Spesialis kejiwaan dari Universitas Sebelas Maret Surakarta, Jawa Tengah, Syamsul Hadi, mengatakan stres bisa menimpa siapa saja yang tengah kehilangan. Misalnya kehilangan orang terdekat maupun harta benda. "Tidak hanya (menimpa) calon anggota legislatif," ujar Syamsul ketika dihubungi Tempo via telepon selulernya pada Kamis lalu.

Khusus para caleg, tutur Syamsul, perjuangan mereka meraih kursi Dewan sudah jauh hari dilakukan. Mulai saat pendaftaran, mendapat nomor urut, mengumpulkan modal, saat kampanye, hingga pemungutan suara. Semua proses ini sangat menguras tenaga dan menyebabkan para caleg lelah fisik dan psikis. Kondisi itu berpotensi membuat mereka terguncang.

Menurut Syamsul, kepribadian manusia ibarat sebuah piring. Ada yang tahan banting dan ada yang tidak. "(Caleg) yang tahan banting tentu akan menyikapi dengan santai. Tapi yang tidak tahan, begitu kalah, langsung terguncang," kata Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kejiwaan ini.

Stres bisa dikenali ketika ada perubahan perilaku seseorang. Misalnya tidak bisa bekerja sebagaimana sebelumnya. Syamsul menyatakan terdapat tiga tingkatan stres: ringan, menengah, dan berat. Stres ringan ditandai dengan perasaan gelisah, sudah tidur, merasa bersalah, dan tak berguna. Contoh yang masuk kategori ini adalah 15 caleg yang melakukan terapi spiritual di Cirebon dan 20 caleg yang berkonsultasi ke Rumah Sakit Jiwa Bogor.

Stres menengah ditandai dengan murung dan mengurung diri. IS, seorang caleg di daerah Cirebon, Jawa Barat, yang kerap melamun dan mengurung diri, termasuk dalam kategori stres menengah.

Adapun stres berat ditandai dengan ngomong sendiri, sering meminta maaf kepada orang lain tanpa alasan yang jelas, hingga bunuh diri. Contohnya caleg dari Partai Kebangkitan Bangsa Kota Banjar, Jawa Barat, Sri Hayati, yang nekat bunuh diri.

Contoh lainnya, seorang caleg di Tangerang, Banten, yang frustrasi, kemudian merangkak di pinggir jalan dengan membawa-bawa cangkir sambil meminta-minta uang kepada orang yang berlalu lalang.

Lantas bagaimana dengan para caleg yang berperilaku aneh, seperti menarik kembali bantuan yang telah diberikan kepada masyarakat? Menurut Syamsul, itu bukan kategori stres, melainkan kepribadian caleg yang tak terpuji, rela merendahkan harga dirinya. "Mereka itu memang punya kepribadian pelit dan selalu pamrih," Syamsul menerangkan.

Selain itu, ada caleg yang langsung meninggal begitu mengetahui perolehan suaranya jeblok. Penyebabnya, mereka diduga terkena serangan jantung. Contohnya Sri Sumini, caleg dari Partai Demokrat di Solo, Jawa Tengah. Dia meninggal begitu tahu dirinya tak lolos menjadi anggota Dewan.

Hal serupa menimpa Ni Putu Lilik Heliawati, caleg nomor tiga Partai Hanura untuk DPRD Buleleng. Caleg berusia 45 tahun itu meninggal mendadak setelah mendapat laporan tentang perolehan suaranya yang tak sesuai dengan harapan. Diduga Lilik terkena serangan jantung.

Menurut Jetty Sedyawan, konsultan kardiovaskular bagian obstetri dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, kematian secara mendadak caleg itu bisa saja disebabkan oleh penyakit jantung yang diderita sebelumnya. Atau bisa juga karena gangguan irama detak jantung.

Seorang caleg yang harus mengikuti keseluruhan proses pemilu bisa mengalami kelelahan dan dehidrasi. Begitu perolehan suaranya jeblok, dia kaget, shocked, jantung berdebar dengan cepat, sehingga output darah tak sampai ke otak. Akibatnya, terjadi penyempitan pembuluh darah. "Akhirnya jantung berhenti berdetak," Jetty menjelaskan. ERWIN DARIYANTO DAN TIM TEMPO

Ketika Mereka Tersisih

Sejumlah calon legislator yang kalah dalam Pemilu 2009 dan anggota tim suksesnya terguncang jiwanya. Mereka berperilaku "aneh", stres, bunuh diri, dan terkena serangan jantung karena gagal menjadi anggota Dewan. Berikut ini beberapa di antara mereka.

1. PS, calon legislator dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan di Medan, Sumatera Utara, ditemukan tewas di rumahnya karena menenggak obat pembasmi serangga.

2. MI, tim sukses seorang calon yang kalah. Lelaki yang menetap di Jalan Eka Surya, Gang Pribadi, Kelurahan Gedung Johor, Medan Johor, ini nekat gantung diri di kediamannya Jumat dua pekan lalu.

3. Caleg nomor urut 9 dari Partai Golkar dari Kota Bogor, Yuniar, melalui tim suksesnya berinisial SB, menarik kembali ratusan buku tabungan masing-masing senilai Rp 50 ribu yang dibagikan saat berkampanye di Kampung Muara, RW 11/14, Kelurahan Pasirjaya, Kecamatan Bogor Barat. Jawa Barat.

4. Caleg dari Partai Kebangkitan Bangsa Kota Banjar, Jawa Barat, SH, nekat mengakhiri hidupnya.

5. Sebanyak 15 orang caleg mengalami depresi dan memilih melakukan terapi spiritual untuk menyembuhkan depresi kepada Ustad Ujang Bustomi di Desa Sinarancang, Mundu, Cirebon, Jawa Barat.

6. Seorang caleg sebuah partai di Tangerang, Banten, terlihat frustrasi dan merangkak di pinggir jalan dengan membawa-bawa cangkir sambil meminta-minta uang kepada orang yang berlalu lalang.

7. Seorang caleg berinisial IS dari Partai Patriot Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, kini sering melamun dan mengurung diri.

8. Caleg DPRD Kulon Progo, Yogyakarta, menarik kembali sejumlah hadiah dan sumbangan yang pernah ia berikan kepada warga Desa Karangsari, Pengasih, Kulon Progo. Seperti 14 sak semen untuk pembuatan jalan con block. Menurut warga, S juga memberikan bantuan alat musik drum band dan uang tunai Rp 2,5 juta.

9. SS, calon legislator dari Partai Demokrat di Solo, Jawa Tengah, meninggal akibat serangan jantung dan lever pada Ahad lalu.

10. CA, caleg dari Partai Demokrat di Malang, Jawa Timur, mengalami gangguan jiwa. Hampir setiap hari dia berjalan tanpa mengenakan pakaian.

11. NPL, calon legislator nomor urut tiga Partai Hanura untuk DPRD Buleleng, Bali, meninggal secara mendadak di rumahnya Desa Bengkel, Buleleng, setelah menerima laporan perolehan suara dari tim suksesnya.

12. SK, calon legislator di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, menarik kembali bantuan genset yang telah diberikannya untuk sebuah masjid. Dia juga menarik kembali bantuan uang untuk dua musala.

13. Caleg AH di Kabupaten Sumbawa, yang menyumbangkan 100 buah kursi plastik dan 25 sak semen ke sebuah madrasah tsanawiyah di Kecamatan Labangka, menarik kembali sumbangannya itu karena kecewa tak meraih suara yang diharapkan.

14. LZ, seorang calon legislator DPRD Kota Pontianak, Kalimantan Barat, meninggal Senin malam lalu. Ia meninggal beberapa jam setelah mengikuti penghitungan suara pemilu.

15. Seorang caleg Partai Golkar dari daerah pemilihan I Dumai Timur, Aswin, melalui tim suksesnya mencabut kembali lima tiang listrik yang telah dipasang untuk menyalurkan listrik kepada warga setempat.

16. EP, seorang caleg di Halmahera Utara, menggusur 42 keluarga dari lahan tempat mereka tinggal di kawasan Daeo, Tobelo, Halmahera Utara, karena tak ada satu pun warga yang memilih dia.

17. Seorang caleg di Kota Ambon, Maluku, berinisial S hendak menarik kembali karpet yang telah disumbangkan kepada ibu-ibu pengajian setempat.

18. Di Kalimantan Tengah, ada dua caleg dan tiga simpatisan partai yang mengalami tekanan psikis. Kelimanya kini dirawat di Balai Kesehatan Jiwa Masyarakat, Kalawa Atei, Kalimantan Tengah.

19. DL, calon legislator DPRD Bulukumba dari Partai Peduli Rakyat Nasional, menyegel gedung SDN 225 Kajang-kajang, Desa Borong, Herlang, Sulawesi Selatan.

20. Tim sukses salah satu caleg dari Partai Golkar di daerah pemilihan I Ternate menarik kembali televisi yang diberikan di pangkalan ojek Falajawa II, Kelurahan Kayu Merah, termasuk merusak pangkalan tersebut, hanya beberapa jam setelah penghitungan suara berakhir.

21. Tim sukses caleg berinisial MG di Kelurahan Jati, Ternate, menarik kembali televisi dan bantuan semen. Hal ini dilakukan karena suara yang diperolehnya tak sesuai dengan harapan. ERWIN DARIYANTO | Pelbagai sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar