Jumat, 17 April 2009

Ibadah Haji

Ibadah Haji

Para sahabat dan karib yang budiman, perkenankan disini saya sedikit sharing mengenai ibadah haji, yang saya sendiri tak tahu apa ini merupakan oleh-oleh atau bahkan pr buat saya pribadi atau mungkin orang yang sudi membacanya.

Haji merupakan rukun islam yang kelima. Artinya merupakan tingkatan tertinggi, dari ajaran islam. Dengan menunaikan ibadah haji, ibarat bangunan maka sudah lengkap dan rapih, ibarat manusia, telah menjadi manusia yang dewasa. Sebagai orang dewasa, tentunya kita sudah selayaknya mengetahui, dan memahami akan semua yang kita lakukan, karma setiap perbuatan akan mengandung konsekuensi. Dan hidup merupakan pilihan, dan setiap pilihan akan mengantarkan kita kepada sebuah kata konsekuensi tadi.

Antusiasme umat islam di Indonesia tergolong tinggi, untuk bisa menunaikan ibadah haji. Andai tidak dibatasi kwuota, atau dibikin system bergilir dari satu negara dan berganti negara berikutnya, mungkin satu musim haji, cukup orang Indonesia saja yang menunai- kan ibadah haji, masjidil haram sudah penuh.

Daftar tunggu jamaah haji Indonesia saat ini sudah sampai dua atau tiga tahun kedepan. Itu artinya yang baru mendaftar sekarang, baru bisa berangkat dua atau bahkan tiga tajun lagi. Dan itu terus bertambah dan bertambah tiap tahun, sedang kwuota kita tetap, itu artinya tehun-tahun mendatang orang untuk berangkat haji daftar sekarang bisa empat, lima, enam tahun dan terus bergeser kebelakang. Satu hal yang sangat luarbiasa tentunya.

Nominal memang bukan ukuran, untuk sebuah keyakinan. Apapun bisa dilakukan untuk bisa menunaikan ibadah haji. Dari mengencangkan pinggang, menabung sedikit demi sedikit, ada yang memang secara financial memang mendukung, atau bahkan rela menjual sebidang tanah, untuk itu. Masih banyak jalan yang bisa ditempuh untuk itu.

Dan apalagi untuk masyarakat Indonesia secara umum, ada kebanggaan tersendiri setelah menunaikan ibadah haji, status sosialnya bertambah dengan ada tambahan didepan namanya singkatan huruf H. Sehingga ketika sepulang menunaikan ibadah haji tetangganya masih memanggil dengan sebutan namanya saja, orang akan marah dan merasa dilecehkan, setidak-tidaknya dia akan ngedumel dan mengumpat dalam hatinya. Namun ini hanya sebagai ilustrasi saja, mudah-mudahan tidak semua orang begitu.

Yang seharusnya menjadi renungan, hikmah apa yang kita peroleh setelah kita menunaikan ibadah haji, perubahan perilaku apa yang ada pada diri kita?. Seandainya rukun islam adalah sebuah fase-fase yang harus dijalani, yang identik dengan perjalanan hidup kita, tentunya setelah menunaikan ibadah haji, kita seudah menjadi pribadi yang tumbuh sempurna.

Ketika kita syahadat (bersaksi), sebenarnya ada semacam tuntutan, dimana kalau kita bersaksi itu artinya kita adalah benar-benar orang yang sudah menyaksikan (asyhadu = bersaksi). Mudah-mudahan penulis tidak salah mengkorelasikan, antara haji dengan syahadat (kesaksian). Ketika kita syahadat, mungkin sudah dilandasi keyakinan dan kesadaran diri bahwa kita memang sudah menyaksikan, atau mungkin baru belajar jadi masih samar-samar, atau bahkan gelap sama sekali tentang apa yang sebenarnya kita semestinya kita saksikan.

Lantas kita harus menjalankan pengabdian, atas kesaksian itu. Artinya mengimplementasikanya dalam gerak ibadah yang berupa, solat zakat, dan puasa lalu disempurnakan dengan ibadah haji.

Dengan kita menunaikan ibadah haji, ibarat bangunan sempurna sudah islam kita. Sehingga segala gerak dan perbuatan kita haruslah islami, ini barangkali yang dicita-citakan, atau yang disebut haji mabrur.

Seandainya ini menjadi parameter umat islam di Indonesia, tentunya bangsa ini akan menjadi sebuah bangsa yang besar, bahkan teramat besar, karna islam merupakan agama yang dianut lebih dari 80% penduduknya, dan minat untuk menunaikan ibadah haji sangat tinggi pula.

Ini barangkali yang menjadi pertanyaan besar, perubahan perilaku apa yang bisa kita saksikan dari para haji kita. Dalam artian sejauhmana ibadah haji yang telah kita lakukan mampu membingkai kita untuk menjadi pribadi muslim yang bisa menjadi suritauladan dimasyarakat, sehingga patut menjadi panutan masyarakat, sehingga bisa mengerakkan sebuah perubahan kearah perbaikan. Ataukah hanya sekedar mengejar status social dan bangga diri dengan status sosialnya itu.

Semoga dengan banyaknya umat muslim dan tingginya minat menunaikan ibadah haji ini bisa memberikan perubahan yang kebih baik bagi negeri ini. Sehingga ibadah haji tidak sekedar menjadi perilaku bisnis semata, yang menunaikan ibadah haji, hanya demi status sosial, sedang yang menyelenggarakan ibadah haji hanya mengejar fulus.

Lepas dari itu semua, tentunya ibadah haji memiliki makna yang mendalam. Seandainya kita bisa dan mampu mengkaji dan menggali ajaran ini. Dimana kita disyariatkan menziarahi tempat-tempat yang menjadikan symbol kebesaran ajaran islam. Masjid Nabawi contohnya, dengan kota Madinahnya yang menjadi tolok ukur kerukunan masyarakat, dimana kita dicontohkan untuk menjadi sebuah masyarakat yang solid, kita harus menanggalkan ego masing-masing. Perpaduan dua kelompok, dimana yang satu punya keyakinan (kebenaran), satu golongan lagi memiliki kemampuan menopang tegaknya dan berkembaangnya kebenaran itu, sehinggan membentuk sebuah masyarakat madani yang patut diteladani.

Tapi sebagai ajaran, haji sendiri adalah sebuah symbol, yang tentunya memerlukan pemecahan. Jadi ketika kita menunaikan ibadah haji tidak terjebak pada rutinitas ritualnya, tapi lebih menghayati tujuanya. Sehingga makna dan tujuan ibadah haji bisa kita fahami dan bisa menjalani.

Dalam renungan saat wukuf di Arofah, seorang ustad ketua rombongan yang saya ikuti, memaparkan, bahwa haji adalah Arofah. Jadi semua yang dilakukan sebelumnya yang menjadi rukun dan wajib haji, hanya pelengkap saja, karena sebenarnya haji adalah Arofah, yang merupakan puncak ibadah haji itu sendiri.

Jadi pada dasarnya ibadah haji itu, bisa dilaksanakan dalam waktu satu hari, asal kita sudah wukuf di Arofah artinya sudah haji. Mengenai yang laen-laenya bisa jadi bagian dari unsure devisa tadi, karena dalam hadistpun diterangkan bahwa :

Alhajju a’rofah

Artinya : haji adalah wukuf di Arofah ( HR Bukhari dan Muslim)

Jadi, inti ibadah haji Cuma itu. Wukuf di Arofah.

Jadi haji = wukuf + Arofah.

Mungkin dua kata ini yang punya makna, yang nilainya mungkin jauh lebih besar dari sekedar angka tadi.

Wukuf = berhenti = diam

Arofah = Tahu = Ngerti = Faham

Wukuf = Diam, Nabi Muhammad saw sendiri bisa mendapat pencerahan, mendapat amanah kerosulan setelah kholwat di goa Hiro selama 41 hari. Dia menyepi dan mengasingkan diri dari keramaian, untuk mencapai kefahaman diri. (diam)

Nabi Musa Menyepi di gunung Tursina, sebelum menerima wahyu, dan diberi petunjuk untuk berguru kepada nabi Hidir. (diam)

Jadi kesimpulan dari perintah ibadah haji, adalah memerintahkan kita untuk bisa diam sejenak, merenungi diri, siapa aku ini.

Pertanyaan ini sangat mudah diucapkan, tapi sangat sulit untuk bisa dijawab, sesulit kita disuruh meluhat wajah kita, kita bisa merabanya, tapi tak sanggup menerangkan seperti apa bentuknya. Padahal ada dan nyata. Tapi kita tak sanggup melihatnya. Disinilah sulitnya pemahaman diri, orang akan lebih mudah mencari kekurangan orang laen ketibang kekurangan diri, debu disebrang lautan kelihatan tapi gajah dipelupuk mata tidak kelihatan.

Dalam ibadah haji kita disuruh diam agar faham.

Untuk dapat pencerahan rosulullah diam dalam tahanutnya di gua Hiro, nabi Musa di Gunung Tursina, Sidarta Gautama di pohon Bodhi, dan mereka mendapat pencerahan dari diamnya.

Mungkin bisa ditarik kesimpulan, bahwa perintah ibadah haji adalah sebuah sasmito atau sandi, yang memerintahkan kita untuk bisa men-Diam-kan diri kita, dalam artian, merenung dan berfikir, ngudoroso kata orang jawa, untuk mencapai pemahaman diri. Karena siapa yang mengenal dirinya akan mengenal Gustinya.

“Man arofa nafsahu faqod arof robbahu”. Dari sinilah kita bisa dikatakan awal kita beragama.

“Al Awaludiin ma’rifatullah, wa awallu ma’rifatullah ma’rifatunnafs”

Mengapa perintah fahami diri tidak diletakkan diawal sebelum Syahadat (bersaksi) yang artinya, orang yang sudah bersyahadat, adalah orang yang sudah menyaksikan sehingga berani menjadi saksi!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar